Minggu, 20 Juli 2014

laporan studi pustaka ekologi "Taman Laut Bunaken"



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia saat ini lebih mengarah kepada wisata alamiah yaitu mencakup wisata alam & wisata bahari. Artinya objek-objek wisata yang banyak dikunjungi adalah objek wisata alamiah, yang banyak di miliki di Indonesia. Oleh karena wisata alamiah menyangkut kondisi lingkungan maka keasrian, keaslian, kenyamanan & kebersihan objek wisata menjadi indikator penting bagi pengembangan ke arah yang lebih lanjut suatu objek wisata. Hal ini berarti objek wisata harus tetap terjaga dari segi ekosistem atau ekologi yang ada di objek wisata tersebut & disekitar objek wisata tersebut karena ini adalah konsep wisata berwawasan lingkungan. Konsep wisata berwawasan lingkungan berdasarkan pada prinsip konservasi & partisipasi masyarakat disekitarnya.
Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu ikon kota Manado yang telah mendunia. Banyak sumber daya alam seperti ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya. Fenomena alam laut yang ada di Taman Nasional Bunaken berbeda dengan taman laut lainnya, inilah yang menjadikan Taman Nasional Bunaken menjadi aset penting bagi kota Manado. Potensi ekonomi yang dimiliki Taman Nasional Bunaken cukup besar, sehingga memberi kesempatan untuk masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Untuk mengembangkan potensi Taman Nasional Bunaken diperlukan adanya langkah-langkah yang tepat seperti menciptakan konektivitas antar objek wisata dengan Taman Nasional Bunaken sebagai sentralnya. Jika hal ini dilakukan maka dalam jangka waktu yang panjang pariwisata di Sulawesi Utara dan Manado akan berkembang ke arah pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa itu Taman Nasional Bunaken ?
2.      Seberapa besar potensi alam yang terkandung dalam Taman Nasional Bunaken?
3.   Bagaimana kontribusi serta keterlibatan masyarakat sekitar terhadap Taman Nasional Bunaken ?
4.      Apakah dapat dilakukan suatu keberlanjutan ekologi di Taman Nasional Bunaken ?

1.3  Tujuan

1.      Mengetahui rincian maupun deskripsi mengenai Taman Nasional Bunaken
2.      Mengetahui macam potensi alam yang terkandung dalam Taman Nasional Bunaken
3.      Mengetahui keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan Taman Nasional Bunaken
4.      Mengestimasikan ada atau tidaknya keberlanjutan ekologi di Taman Nasional Bunaken


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Taman Nasional Bunaken
 Taman Nasional Bunaken adalah taman laut yang terletak di Sulawesi Utara, Indonesia. Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu tujuan ekowisata bahari di Indonesia yang sangat diminati wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.Taman ini terletak di Segitiga Terumbu Karang yang tersebar dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste dan kepulauan Solomon, serta menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan juga berbagai spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut. Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia, meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan ekosistem pantai. Taman nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km². 97% dari taman nasional ini merupakan habitat laut, sementara 3% sisanya merupakan daratan, meliputi lima pulau: Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Naen dan Siladen. ().
 Taman Nasional Bunaken ataupun Taman Laut Bunaken terletak di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kota Manado, Sulawesi Utara. Bunaken berjarak sekitar 7 mil dari pelabuhan Manado Terdapat 5 pulau yang termasuk dalam taman nasional ini yaitu Pulau Naen, Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, dan Pulau Mantehage beserta anak pulau yang di sekelilingnya. Dan jumlah penduduk yang ada di kelima pulau tersebut sekitar 21.000 orang.

2.2 Potensi Alam di Taman Nasional  Bunaken
 Taman Nasional Bunaken memiliki beragam potensi alam yang terkandung  di taman laut seluas 75.265 hektar. Potensi biologi daratan di pulau-pulau Taman Nasional Bunaken kaya dengan jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar dan kelapa. Pohon mangga, pisang dan buah-buahan lain tersebar dimana-mana yang menjadi makanan bagi aneka serangga burung dan kelelawar. Jenis-jenis faunanya antara lain Yaki (kera hitam Sulawesi) dan Kuskus yang merupakan penghuni hutan di Pulau Manado Tua. Rusa terdapat di rawa-rawa pulau Mantehage pada siang hari dan keluar merumput di senja hari.
 Taman laut ini juga memiliki banyak potensi rumput laut yang berada di dekat dekat Arakan Wawontulap. Habitat rumput laut merupakan habitat bagi jenis duyung dan penyu laut. Selain itu, hutan bakau pun tak ketinggalan, lebih kurang 1800 ha luasan hutan bakau di Taman Nasional Bunaken. Hutan bakau ini berperan sebagai penyaring endapan lumpur dari daratan dan mencegah erosi garis pantai. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis. Kepiting, udang, moluska, dan ikan-ikan muda dari berbagai jenis. Juga sebagai tempat bertelurnya kebanyakan jenis ikan. Beraneka jenis burung laut dan pantai seperti camar, bangau, dara laut, cengak terdapat disini.
Pantai pasir P. Bunaken, Manado Tua dan terutama Siladen kaya dengan kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang. Terumbu tepian mendominasi perairan pesisir, selain terumbu penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal, menghujam di bawah permukaan air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis keluarga binatang karang sudah teridentifikasi. Karang berkulit keras yang berjasa membangun terumbu karang. Belalainya yang, walau hanya 1 mm, mengeluarkan zat kapur yangmembentuk terumbu karang. Tebing bawah air memiliki banyak ceruk, celah dan rekahan, tempat persembunyian berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut.

2.3 Keterlibatan Masyarakat terhadap Taman Nasional Bunaken
Di wilayah ini, terdapat 22 desa dengan jumlah penduduk sekitar 35.000 jiwa. Penduduk yang didominasi petani dan nelayan tersebut sangat mengandalkan hasil alam dan ekowisata. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan atau petani kelapa, ubi jalar, pisang dan rumput laut untuk diekspor, sementara sebagian lainnya bekerja sebagai pemandu, pekerja di cottage dan nahkoda kapal. Itu artinya, masyarakat di sekitar Taman Nasional Bunaken mengoptimalkan peluang usaha yang dapat dilakukan di sekitar tempat tersebut  (Nugroho I. 2011).
 Pariwisata di wilayah ini terus dikembangkan. Antara tahun 2003 hingga 2006, jumlah pengunjung di Taman Nasional Bunaken mencapai 32.000 hingga 39.000 jiwa, dengan 8.000-10.000 diantaranya merupakan turis asing.Salah satu keunikan Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang memisahkannya dengan daratan Sulawesi, yang bisa mencapai 1000 meter. Kedalaman ini menjadi semacam tekanan berbagai aktivitas manusia di daratan Sulawesi yang dapat berpengaruh buruk terhadap Taman Nasional Bunaken. Mungkin inilah yang menyebabkan Taman Nasional Bunaken sampai saat ini intensitas kerusakan masih lebih rendah dibandingkan taman laut lainnya. Walaupun tetap saja masih ada yang acuh terhadap lingkungan taman laut ini, seperti teknik penangkapan ikan yang merusak lingkungan, penambangan terumbu karang, penebangan pohon bakau dan wisata yang mulai tidak terkendali.

2.4 Keberlanjutan Ekologi di Taman Nasional Bunaken
 Setelah dilihat betapa besarnya potensi alam yang terkandung di Taman Nasional Bunaken, amat disayangkan jika tidak adanya tindakan keberlanjutan ekologi yang dapat mengembangkan keberadaan potensi di Taman Nasional Bunaken. Potensi alam yang ada sangat mampu untuk diberdayakan dalam objek yang lebih luas.  Jika ditelaah pada sudut pandang objek wisata, bagi negara berkembang, seperti Indonesia ini, industri pariwisata sangat diharapkan mampu meningkatkan ekonomi. Keberlanjutan ekologi tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan ekowisata yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi dan juga dapat mengkonservasi warisan alam serta budaya. Konsep ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata yang ramah lingkungan dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku wisata dan sudah seharusnya masyarakat mendapat dampak positif dari konsep ekowisata ini demi mendukung adanya keberlanjutan ekologi. Partisipasi masyarakat lokal ini bisa menjadi titik kunci dalam pengembangan ekowisata sekaligus dapat memotivasi mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan & pelestarian alam serta budaya.

BAB III

Simpulan
 Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu objek wisata bahari yang sangat tinggi akan potensi alam yang dikandungnya, mulai dari potensi yang berhabitat di daratan, hutan bakau, hingga di laut dalam. Keterlibatan masyarakat di dalamnya tentu beragam, ada yang mengoptimalkan taman laut ini sebagai ladang untuk menggali usaha, ada juga yang memperburuk kondisi bahari taman laut ini. Seperti teknik penangkapan ikan yang dapat merusak lingkungan, penebangan hutan bakau, penambangan terumbu karang, serta aktivitas para wisatawan yang tak terkendali sehingga dapat menurunkan kualitastaman laut ini. Tapi di luar konteks itu, segala potensi yang terkandung di Taman Nasonal Bunaken sangat mungkin untuk diberdayakan demi terciptanya keberlanjutan ekologi.

Tinjauan Pustaka

Nugroho I. 2011. Ekowisata & Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bunaken (diakses pada tanggal 27 Mei 2014)
http://www.seputarsulut.com/taman-laut-bunaken/ (diakses pada tanggal 27 Mei 2014)
http://www.pendakierror.com/tnlbmt.htm (diakses pada tanggal 27 Mei 2014)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar